Tuesday, September 11, 2007

yuk donor yuk..

pagi-pagi saya diberitahukan bahwa ada kegiatan donor darah di gedung tempat kantor kami berada. saya ingin sekali.. tapi tentu memerlukan izin dari suami mengingat saya akan memberikan sebagian milik saya.

akhirnya sekitar pukul 10 saya turun menuju lantai 2, tempat diselenggarakannya kegiatan pendonoran bersama 2 rekan kerja. yang paling exciting? tentu saya. yang paling nervous? tentu saya. yang paling cantik? tentu saya. he3, yg terakhir hanya sisa-sisa upaya narsis di tengah ketakutan akan jarum suntik.


langkah pertama, saya memberikan lembaran informasi mengenai diri saya ke meja pendaftaran. nomor antrian saya 131. saya tanya, habis ini apa? katanya, ya tunggu saja.. boleh ke kamar mandi? silahkan. dan saya pun ke kamar mandi untuk membuang sebagian kegugupan saya.

kemudian dengan gaya ala orang udik tiba di jakarta, saya pun bercelingak-celinguk secara demonstratif. semua orang tampak sibuk sendiri. apa tidak ada yang ingin menolong dan memberi tahu saya..? (halaahhh.., bossy nya kumat lagi..) baru kemudian saya diberi tahu bahwa saya boleh menunggu giliran pendonoran sambil sarapan. menunya? indomie rebus, telur rebus, susu (untung bukan) rebus. saya hanya minum susu. jenis yang pertama hanya saya makan sekitar sebulan sekali, paling banyak. jenis yang kedua, belum pernah saya makan seumur hidup saya. jadi yang cocok memang hanya susu.

dari tempat saya menunggu, saya melihat banyak sekali ibu bapak yang berbaring, diambil darahnya sambil dikelilingi rekan-rekannya, entah untuk memberi motivasi atau malah menyela. saya tambah gugup lagi. bagaimana kalau.. bagaimana kalau..
ahhh.., untung ada perempuan manis. yang badannya kecil dan tampaknya laris. wah, kalau dia bisa maka saya mesti bisa.. semangat saya muncul lagi.

lama menunggu dengan kobaran akibat sang rival, akhirnya nama "andini" diserukan oleh seorang bapak. diulang sampai 3x tanpa jeda lama, seolah-olah saya adalah kandidat yang ragu-ragu dan perlu diberi tahu kepada dunia bahwa saya terseret-seret datang untuk diambil darahnya. saya datang dengan gagah berani.

"andini eka hapsari, pak?"
"iya, andini."
"andini eka hapsari bukan?"
"iya.. andini ngg.. sebentar.. ngg.. andini eka sri" (huuuuuuu.., pasti kalau ada om cucung dipukulin deh ni orang)
"hapsari," koreksiku tenang

mungkin dalam hati orang itu mau ngomong, "iya.. hapsari.. ckckck.., habis sarapan apa ya cewek cantik ini smp cerewet banget..?"

ternyata baru tes golongan darah. yah.., jarum pertama deh.. saya kan sudah tahu golongan darah saya, memangnya tidak boleh melewatkan tahap ini? saya sibuk menelepon suami saya. saya takut. tapi telepon gagal terhubung. dan karena saya dikomentari,"kalau masih takut nggak usah saja", saya jadi semangat lagi. syukurnya tidak terasa sakitnya tidak sampai 1ml darah saya diambil.

"golongan O ya?"
"iya" (saya bilang juga apa..)

kemudian saya diminta untuk tes tekanan darah saya. pindah meja dan ngantri lagi deh. mungkin penentuan lay out antara meja dengan meja tidak pakai process oriented layout ya.. (maaf, pamer.. :P)

di meja tekanan darah saya ditanya,

"berat badan berapa?"
"46 kg, eh.. 45"
"pokoknya nggak boleh kurang dari 45 ya.."
"iya.."
"kalau kurang dari 45 nggak jadi ya.."
"iya.."
"pernah operasi?"
"belum"
"pernah pingsan?"
"belum"
"lagi mens?"
"nggak"
"belum nikah ya?" (pertanyaan paling saya sukai. orang-orang sering menuduh saya belum menikah)
"sudah"
"lagi hamil nggak?"
"nggak"
"menyusui?"
"nggak" (eh.., salah.. sedang menyusui mestinya *senyum nakal*)
"pernah typhus, malaria?"
"nggak (untuk typhus).. nggak (untuk malaria).."

jeda lama. si pemeriksa melihat hasil akhir tensi saya.

"ibu nggak bisa donor" dengan nada sedingin es. huuuh.., mestinya dengan penghiburan dunk..
"o ya?"
"ibu darahnya rendah.." (mungkin ada kaitannya dengan tinggi badan ya?)
"..."
"data ibu saya simpan ya.."
"iya.."

si pemeriksa menatap memohon agar saya segera berdiri karena antrian yang banyak. saya berdiri. berjalan menjauh tapi kembali lagi ke si pemeriksa tensi. sebelum ia gusar saya sudah bertanya padanya.

"memang tekanan darah saya berapa?"
(dia lihat file saya)
"90 per 60" (90+60=150.. tuh kan benar.. ada sedikit korelasi dengan tinggi badan.. hihihihi.. mungkin begini ya.. total tekanan darah = tinggi badan-(0.03*tinggi badan). huahahahaha.., ngaco paling jagoan sedunia)
"oh.. makasih"

dan begitu saja cerita keberanian saya yang tidak sampai teruji. sempat agak patah hati juga karena saya ingin merasa berarti apabila ternyata darah saya yang hanya sedikit itu dapat membantu orang lain.
ah.., mungkin lain kali.. mungkin bukan dengan donor saya dapat menyebarkan kasih sayang seperti yang disampaikan dalam kultum saat maghrib kemarin.

----

bi.., makasih..

Monday, September 03, 2007

Ke Jakarta Aku 'kan Kembali...

iya.., sejauh-jauh bangau terbang pasti akan kembali ke kubangan juga. sejauh-jauh saya pergi, saya kembali ke jakarta juga. setelah 5 hari di jogja dan bandung (walaupun ini bukan tempat terjauh yang pernah saya kunjungi), hari ini saya ada di jakarta. karena mencintai jakarta? karena merasa jakarta adalah "rumah"? karena jakarta tempat saya mengadu nasib?
bukan. saya kembali ke jakarta karena kekasih saya, yang menjadikan saya cita-cita dan penyeimbang hidupnya, ada di jakarta.

saya pernah berkata kepada kekasih saya itu (yang juga adalah suami saya) bahwa saya lebih menyenangi tinggal di suatu tempat yang sepi, tidak hiruk pikuk, udara segar dan dingin, dimana pagi setelah mengantar suami hingga pintu depan saya dapat mengajak anak saya berjalan nyeker di halaman luas penuh pohon. saya cuma minta satu: laptop dan akses internet. karena setelah menyuapi, memandikan, melimpahi cinta dan menidurkan malaikat saya, saya bisa terkoneksi dengan dunia luar, menyejajari wawasan supaya suami saya tidak merasa menikahi seorang ibu rumah tangga saja, supaya suami tetap merasa bangga dan tak pernah berpaling. saya berjanji kepadamu suamiku, kekhawatiranmu tidak akan pernah terjadi: bahwa waktu luang saya dengan internet hanya untuk berblogging-blogging ria.

kenyataannya, saya masih ada di jakarta. tidak ada rumah di pegunungan dengan hamparan rumput dan pepohonan luas di sekelilingnya. tidak juga ada laptop dan akses internet 24 jam di rumah. lebih utama, tidak ada anak yang dapat saya suapi, mandikan, limpahi cinta dan tidurkan.
tapi saya selalu mencintainya. mencintai laki-laki yang menjadikan saya tujuan dan penyeimbang hidup saya. maka kembalilah saya ke jakarta.

------

aktivitas kuliner saya di jogja dan bandung nggak terlalu variatif nih.. bakso pak topi depan novotel tempat saya nginap dan bertemu akbar tanjung, pejabat2 golkar, olivia zalianti; cak koting (untuk yg kesekian kalinya); sate samirono (ada hendropriyono dan rombongan); tahu gejrot dan es goyobod (ini mah di kliningan - bandung); cilok amburadul ala king's kepatihan; dan makanan empat sehat lima sempurna ala kawaluyaan II no 22 (eh, kecamatan kami bukan marga cinta lagi, tapi jadi buah batu. hihihi)