Tuesday, October 14, 2008

-- ayah yg tidak mengakui anaknya.., manusiakah..? --

Episode reality show yang cukup baru dan sy rasa cukup banyak penggemarnya, Termehek-mehek, Minggu yang lalu membuat saya menangis.

Client dalam reality show itu adalah perempuan yang bernama Maya dan ingin sekali mencari anaknya, anak hasil hubungan terlarang yang dilahirkan tiga tahun yang lalu. Ketika akhirnya bertemu dengan ayah biologis si anak, Maya harus menerima kenyataan bahwa bukan saja laki-laki tersebut tidak mengetahui keberadaan anaknya, namun juga ia menolak mengakui bahwa itu darah dagingnya. Astaghfirullah..
Laki-laki tersebut malah mengatakan bahwa ayah anak tersebut dapat siapa saja, bukan dirinya. Laki-laki tersebut berkata dengan sombong dan yakin. Walaupun tema dalam episode itu adalah pencarian seorang anak, bukan MEMPEROLEH PENGAKUAN dari seorang ayah, tapi penggalan fragmen seorang laki-laki tidak mengakui anaknya, darah dagingnya sendiri, membuat saya sangat miris.

Laki-laki lazimnya tangguh dan penuh logika, tapi kemudian ketika sampai pada hal-hal pahit yang merupakan kenyataan dan kebenaran, kenapa mereka menjadi begitu pengecut..? Nyalinya hanya sebesar kemaluannya.

Kalau saya adalah Maya, saya tidak akan mau lagi berurusan dengan laki-laki itu. Kenyataan bahwa itu tetaplah darah dagingnya tetap tak akan diingkari, tapi jangan harap seujung rambut pun laki-laki itu (baca: bajingan) bisa menyentuh anaknya.
Kalau saya adalah Maya, saya mungkin akan lebih memikirkan jawaban apa yang harus diberikan ketika ia bertanya mengenai ayahnya. Apa saya harus menjawab bahwa ayahnya adalah sekedar manusia tanpa otak yang memikat dan menggunakan topeng cinta demi mendapatkan kenikmatan? Ataukah saya harus menjawab bahwa ayahnya direnggut iblis dan tak tersisa darinya selain debu sebanyak genggaman yang hilang begitu angin menerpa?

Tidak sadarkah laki-laki itu bahwa anak yang tidak pernah diakui sebagai darah dagingnya sendiri sebenarnya dapat menyelamatkannya dari siksa neraka?
Tidak tahukah bahwa salah satu amal yang tidak terputus setelah mati adalah doa dari anak yang shaleh?