Friday, August 31, 2007

untukmu kekasih

oh penjahat yang patah hati..,
sudah hilangkah nuranimu kini..?


300807 10:07

Thursday, August 30, 2007

tanpa kuman ah..

oke.., saya memang berlebihan. tapi sungguh, tidak sedang beriklan. persediaan hand sanitizer di lemari tempat saya meletakkan barang-barang cadangan ada.., hmm.. sebentar.., ada coba berhitung:
eskulin kids warna pink gambar piggy ada 2, eskulin kids warna orange gambar tigger ada 1, antis birmud (biru muda maksudnya, bukan yang lain :P) 60 ml juga ada 1, antis sachet 1ml 12x4, handyclean 30ml 1. jadi totalnya saya hitung.. sebentar.., ada 6 buah.
untuk yang sedang saya pakai, ada 3 buah: di mobil (antis biru muda), di tas (eskulin tigger), di kantor (antis hijau).
dettol handsoap antiseptik, dettol cair antiseptik juga selalu siap sedia.

jadi gimana.., ada yang bisa menolong saya?

(2 my baby: I Love U..)

Thursday, August 09, 2007

Saya Jatuh Cinta Lagi...

Mulanya (memang) biasa saja. Seperti lagu lama yang pernah saya dengar dari kaset yang disetel ayah saya setidaknya 10-15 kali dalam perjalanan berangkat-pulang antara Bandung dan Kediri. Coba saya ingat.., mungkin sudah tujuh atau delapan tahun silam kejadiannya tapi karena lagu yang lirik (lebih) lengkapnya adalah “mulanya biasa saja, kita saling bercanda, akhirnya.. dan seterusnya itu (terus terang, saya lupa!)” adalah lagu yang top, juga karena papa dan mama saya suaranya agak, ehm, merdu, akhirnya ketika kejadian ini pun saya menjadi mengaitkannya dengan lagu tersebut.

Kalau boleh menggubah dan menyesuaikan dengan kondisi saya, saya akan menjadikan lirik tersebut menjadi demikian (tolong dinyanyikan seperti lagu “mulanya biasa saja” ya..).

Mulanya benci sekali..

Kini jadi cinta mati..

Tak pernah terbayangi..

Menemukan cinta sejati..

Jadi begitulah. Lagu yang tua dan-kamu-pasti-menuduh-saya-tidak-begitu-kekinian-seperti
-kata-seorang-teman-ketika-dia-tahu-saya-masih-suka-nonton-dying-young menari-nari di kepala saya. Wajar, saya kan jatuh cinta.

Cinta tidak mengenal usia. Cinta tidak mengenal jarak. Cinta tidak mengenal status.
Heh, para ibu sabar dulu. Para bapak juga jangan menyodorkan diri. Saya menekankan bahwa cinta tidak mengenal suatu kondisi atau label apa-apa, bukan berarti saya langsung menyatakan diri bahwa jatuh cintanya saya adalah suatu cinta terlarang. Pelegalan, tidak pelegalan, bukan urusan saya. Saya mengalami. Kamu, para penonton, menilai. Rating rendah, rating tinggi, juga bukan urusan saya. Saya menjalani. Saya terkena “cinta-tabrak-lari”: melaju kencang, menabrak dan membuat terjengkang, serta meninggalkan dalam keadaan jatuh dan malang.

Saya sadar penuh tentang sosoknya semula karena kondisi rumah tangganya (ups.., kamu pun menjadi tahu bahwa obyek deg-degan saya pada laki-laki milik orang lain). Sang istri kata orang-orang tidak mampu optimal menjalankan perannya sebagai istri dan ibu. Saya sih sudah kebal terhadap isu sejenis. Saya ini tidak terlalu jelek jadi bisa dibayangkan bahwa pasti ada saja yang mau coba-coba. Walaupun yang coba-coba juga bukan yang high quality gitu deh (hiks). Jadi ketika dia, si laki-laki yang membuat saya deg-deg an itu, diketahui kecewa berat terhadap istrinya, saya cuman berkomentar pendek: “oh.”. Trik lama menarik simpati.

Semua keadaan menjadi terbalikkan pada beberapa waktu lalu. Seingat saya kejadiannya hari Selasa. Saya orangnya menyenangi nostalgia jadi memang cenderung kuat dalam mengingat tidak hanya perasaan tapi atribut-atribut dalam suatu momen yang membuat hati saya nggak karuan.

Saat itu pulang kantor. Sepanjang jalan sambil mengendara, saya menangis tak henti. Yang menjadi pokok adalah saya ingin berlari. Saya sudah lama berubah menjadi orang yang romantis tapi lingkungan tak mengenali dan saya pun menjadi frustasi. Saya memang senang melebih-lebihkan sesuatu, menambah-nambahi efek agar tercipta greget. Mungkin lebih bagus dahulu kalau saya tidak bercita-cita sebagai seorang arsitek atau psikolog. Sutradara, pelaku seni atau politisi mungkin lebih tepat.

Jadi saya sampai rumah dalam keadaan emosi tak terkenali. Letih tapi masih tersisa energi berontak yang luar biasa, pesimis tapi bayangan target saya justru semakin menguat. Saya menyapa orang-orang rumah hanya sekedar salam dan langsung masuk ke kamar. Sendiri. Hanya sendiri.

Saya menyalakan televisi tanpa berniat menontonnya sungguh-sungguh. Saya membuka handphone dan mulai membaca-baca sms tempo doeloe: yang manis seperti gula dan perih seperti alcohol mengena luka. Sampai akhirnya saya menyadari adanya seseorang. Seorang laki-laki beranak-istri, yang mencuri hati dan membuat saya muda lagi.

Bukan.., bukan laki-laki beranak-istri yang smsnya baru saya baca dan istrinya pernah memarahi saya karena katanya bergaul terlalu dekat dan tidak professional dengan suaminya (makanya, jangan hanya menonton sinetron dan infotainment, apalagi bergosip dengan ibu-ibu tetangga. Pasangi saja kamera di badan suamimu sebelum menuduh yang tidak-tidak! Atau minimal baca koran intelektual dan browsing internet untuk mencari tahu bagaimana menyetarakan aspirasi di antara suami-istri. Mendapat info dari perempuan murahan yang otaknya tidak sebesar payudaranya seperti yang kamu lakukan bukan langkah yang benar.)

Bukan juga karena laki-laki beranak-istri itu ada di depan saya, bertelanjang dada dengan six pack nya dan peluh-peluh keringat kemudia berkata, “Hi Baby..” yang siap menerkam saya. (halaahh.., sempat-sempatnya mesum. *chuckle*).

Bukan.., bukan itu semua.. Laki-laki beranak-istri yang memesona saya ada di sana. Di televisi, dalam sebuah acara “Mama Mia”. Laki-laki beranak-istri itu adalah Dhani. Ahmad Dhani. Yang ternyata keras perilakunya justru karena dia begitu halus hatinya. Yang arogan dan galaknya bisa luruh berkali-kali. Yang mendengar lagu dengan penghayatan tinggi langsung mbrebes mili.

Saya jadi menyesal mengapa tidak mewarisi suara merdu papa-mama saya. Kalau iya, mungkin saya sudah jadi juara reality show kontes-kontes nyanyi. Dan yang penting ikut mama mia dan ketemu Ahmad Dhani.. Mengelus pipi “om” Ahmad Dhani atau bahkan diciumnya. Oh… Kalau sudah begitu tak apalah tereksekusi. Toh, saya jatuh cinta pada Ahmad Dhani dan hanya itu yang penting.

======

hehehe.., dalam kegalauan hati dan tampak semua adalah jalan buntu, kita mesti pintar menghibur diri bukan..? btw, ada berita nih. bajingan yang tidak mampu membela saya mungkin sebentar lagi akan mati.