Monday, May 21, 2007

Hilang!!

Benar-benar seperti mengalami hangover setelah semalaman pesta (walaupun liquor yang dikonsumsi tidak berkadar alkohol yang sangat tinggi) ketika PDAphone kita hilang. Itu kata seorang temanku. Ia (taruhlah namanya Mila – bukan nama sebenarnya) yang seorang gadget mania, menyimpan semua data pentingnya dalam sebuah PDAphone. Mila tidak pernah mengetahui dimana tepatnya kehilangan sliding PDAphone dengan keyboard QWERTYnya, sampai ketika ia menyadari dalam waktu hampir 20 menit tidak ada sms atau panggilan telepon yang masuk. Bo, miss ring-ring gitu looohh.. Agak aneh aja kalau dunia tiba-tiba menjadi sepi. Begitulah, Mila melongok ke dalam tas bermerknya, dan PDAphonenya tidak ditemukan.

“Keselip kali, nek..” Kataku asal waktu itu.

“Please, deh, Andin.. Emang sekecil apa sampai bisa keselip. Ga mungkin banget deh. Gue ngerasa selalu ada kok! Bahkan ketika bos gue nelpon nanya kenapa makan siang belum kelar juga padahal sudah jam satu lewat sepuluh, loe juga denger kan?”

“Ya, gue ga terlalu memperhatiin dong.. HP loe kan ga cuma satu say.. Yakin tadi loe terima telepon dari PDA loe? Bukan dari yang lain?”

“Andini Satari! (Iya, dia emang suka asal nyebut namaku, apalagi kl lagi bete) Loe tuh perhatian dikit kek ke temen loe.. Temen yang selalu ada bersama dalam suka dan duka.. Temen yang seluruh rahasianya digantungkan kepada loe.. Ayo, ikut bantu cari!”

“Iye.., gue bantu.. Entah gue yang o’on apa pelet loe ke gue dah sedemikian parahnya. Jelas-jelas yang bergantung adalah loe kepada gue, eh.. gue diperdaya masih mau juga. Eh, eh,eh.. Iya, gue bantu.. Jangan marah-marah gitu dong!”

Pertama kami menyusuri toko donat tempat Mila menunggu ketika aku membeli selusin original glazed donuts. Kata mbak-mbaknya,”Waduh.., kami nggak lihat Kak.. Kalau staf kami yang menemukannya pasti kami simpan dan dikembalikan kalau ada yang klaim. Tapi entah kalau pengunjung yang menemukannya.”

Ok, gagal di toko donat. Kami kemudian pergi ke tempat butik murah-meriah yang nama tokonya mengambil nama sebuah warna. Di sana pun nasibnya sama. Kemudian kami pergi ke sebuah toko yang mengkhususkan menjual perlengkapan bayi. Di lantai itu ada beberapa toko dan kamipun sempat masuk ke semuanya. Bukan.., bukan karena kami berdua yang sudah menikah sedang mempersiapkan punya bayi, tapi karena ada rekan Mila yang melahirkan. Tapi semua jawabannya sama.”Tidak ada, Kak.. Kalau kami menemukannya tentu kami simpankan. Kalau tamu kami yang menemukannya, itu kami tidak tahu.” Semua sudah diprogram sama ternyata.

Akhirnya aku dan Mila berhenti di salah satu cafe yang cheese cakenya pernah menjadi nomor satu beberapa tahun yang lalu. Aku murni untuk menikmati dua potong cheese cake nya. Mila untuk menenangkan diri, kemudian meratap, menenangkan diri lagi dan seterusnya.

“Sudahlah Mil.. Sudah jam 3 ini.. Loe nggak balik kantor?”

“Loe sendiri nggak balik kantor, Ndin?”

“Susah bicara dengan orang yang kalut. Kan dah gue bilang kali kalau hari ini gue cuti ngurusin kuliah gue, makanya gue nyantai aja dari tadi.”

“Oh iya ya..”

Aku menyuap cheese cake ku lagi. Untung selain masalah keuangan, tidak ada yang dapat mencegahku dari menikmati berpotong-potong cheese cake. Badanku tidak mudah melar, alhamdulillah...

“Gimana ya, Ndi..?”

“Apanya..?”

”Ya handphone gue lah, Sinting!”

“Deuh.., nyolot.. Ya, gimana lagi, hilang bukannya?” Aku masih saja menggodanya.

“Iya, terus gimana?”

“Loe tuh kadang-kadang tololnya amit-amit ya.. Faktanya adalah loe tidak menemukan handphone loe. Ditelepon sudah tidak tersambung. Kita susuri kemana-mana tidak ketemu. Terus bagaimana lagi?”

Mila diam.

“Udah beli lagi aja.. Gaji lo kan dua digit. Hampir enam kali gaji gue. Lah, gue aja bisa beli handphone berkamera, bukan yang megapixel sih ehm, dan mesti nabung setengah tahun, ehm lagi. Jadi pasti buat loe pasti gampang banget. Handphone loe yang hilang harganya sepertiga gaji loe bukan? Beres banget kan.. Mana laki loe juga kaya raya. Nggak usah diambil hati. Ganti baru aja. Kalau loe bawel gara-gara ngerasa nggak mampu beli handphone yang sama, gue gantung juga deh. Nggak empati ma gue.. Yang harus berdarah-darah kalau mau beli sesuatu.”

“Halaaahh.., drama queen loe!! Jelek banget sih..”

“Ya, abis.. Loe aneh sih, Mil... Kadang mengapresiasi sesuatu tidak sesuai dengan nilai sesungguhnya..”

“Justru nilai yang sesungguhnya jauh lebih besar dari sekedar gaji gue, tau’?”

“Apa sih susahnya Mila..? Nomor loe bisa tetap nomor yang sama karena pasca bayar kan? Kerjaan kantor loe? Tinggal bilang ke bos loe yang baik hati itu juga sudah beres masalahnya. Phone book nya? Kan masih ada dua handphone loe yang lain. Bisa lah ngelengkapin dari situ. Trus loe kirim email ke kolega dan rekan-rekan loe untuk ngasih nomor mereka. Beres.. Iya kan?”

“Bukan itu, Ndi..”

“Trus..?”

”Handphone itu dibeliin kantor, Ndi..”

“Hah..?!? Pletak.. Loe bodoh amat sih.. Kalau gue bawa barang kantor hilang emang kasus jadinya. Nah, loe gitu loh.. Bukannya malah lebih gampang urusannya? Dari cerita-cerita loe kan bos loe baik banget. Laptop kemaren yang tipis n ringan banget dibeliin bos loe bukan sebagai kado nikah? Loe juga kemaren ditahan-tahan di kantor yang sekarang dengan iming-iming gaji naik bukan? Jadi masalah handphone enam juta aja beres kali..”

“Emang pasti dibeliin lagi sih.. Hitungannya juga gue kan pejabat kantor..”

“Nah, itu selesai deh.. Udah, berhenti menggerutu. Bete gue dengernya. Loe dapet fasilitas banyak banget dan hidup loe lebih enak dari gue, tapi masih ngerasa kurang puas dan rasa mau mati gara-gara kehilangan handphone. Gimana loe di tempat gue ya..“

Mila diam. Tidak menjadi tersadar sepertinya, tapi lebih takut ngeliat aku marah-marah. He3...

“Ndi..”

”Apa?” Uh.., rasanya ingin menggetok kepala cewek cantik ini.

Mila menunduk. Seperti mengheningkan cipta waktu zaman aku SD. Dalam banget tundukannya! Aku dulu begitu bukan karena menghayati lagu Syukur, tapi karena takut guru piket yang keliling-keliling menegur murid yang masih saja bercanda.

“Ada foto-foto gue dengan bos gue masalahnya..” ujarnya lirih.

Aku tidak perlu mendengar rincian foto seperti apa dan separah apa, tapi sepertinya aku sudah paham mengapa seorang Mila yang kukenal begitu paniknya PDAphone nya hilang. Ternyata data penting yang disimpan itu benar-benar penting sekali loh..

(semuanya fiksi. sekedar pemanasan karena aku berniat belajar menulis lagi. bukan, bukan kisah nyata diri sendiri atau teman.. tapi yang benar-benar mengeluarkan daya kreativitas.. secara aku suka hiperbola n daya kreativitas terlalu tinggi - thx utk my hubby yg berjuta kali menyadarkan ini, walau dia juga kadang nggak ngeh. hehehe.. jadi ceritanya mo coba belajar nulis fiksi abeeezzzzzz...... )

3 comments:

Unknown said...

hehehehe... kena gw
bagus bgt

Unknown said...

"kena gw" yg pertama adalah
"ada foto gw dengan bos gw masalahnya..." ini ok bgt, gw gak nyangka itu masalah utamanya hehehe. dan gw berharap segera menemukan file2 "terlarang" itu di internet huakakakkkk

lalu, "kena gw" yg kedua: "semuanya fiksi blablabla"... rese, buyar deh mimpi punya file esek2 baru kekekkkk

STAR said...

:: donkekong

he3.. nggak ada yang nyata di cerita gue itu.. selain nama gue. biz kadang2 rada susyah orang narsis kl mo cari nama.
makanya otaknya setting dulu dunk kl mo buka page gue. page gue bersihhhh.. karena yg agak-agak mesum gue umpetin.. hihihi